bintang

Senin, 16 April 2012

Kehidupan Asma' Binti Abu Bakar r.ha. dan Kesulitan Hidupnya

Kehidupan Asma' Binti Abu Bakar r.ha. dan Kesulitan Hidupnya
Asma' binti Abu Bakar r.ha. adalah putri Abu Bakar ra. dan ibu Abdullah bin Zubair ra., juga saudara perempuan Aisyah r.ha. yang juga sebagai sahabiyah yang terkenal. la masuk Islam sejak permulaan. Disebutkan bahwa Asma r.ha. masuk Islam pada urutan ketujuh belas. Ia lahir 27 tahun sebelum Hijrah.

Ketika Rasulullah saw. dan Abu Bakar ra. berhijrah dan di Madinah, Abu Bakar ra. menyuruh Zaid dan beberapa o rang lainnya untuk menjemput Asma dan keluarganya ke Madi nah Asma' r.ha. ikut berhijrah bersama mereka. Setibanya di Q uba, lahirlah Abdullah bin Zubair ra.. Itulah bayi yang pertama kali lahir setelah hijrah. Pada zaman itu terjadi banyak kesul itan. kesusahan, kemiskinan, dan kelaparan. Pada zaman itu pulalah alah muncul kehebatan dan keberanian yang tiada tandingannya.

Dalam riwayat Bukhari, Asma' r.ha. sendiri menceritakan keadaan hidupnya, ia berkata, "Ketika saya menikah dengan Zubair ra., dia tidak memiliki harta, tidak ada kebendaan, tidak ada pembantu, dan tidak memiliki apa pun. Yang ada hanya seekor unta yang biasa digunakan membawa air, rumput, dan lainnya, dan seekor kuda. Sayalah yang menumbuk kurma untuk makanan hewan-hewan tersebut. Saya memenuhi tempat air sendirian. Jika embernya pecah, maka akan saya perbaiki sendiri. Saya pula yang merawat dan mengurus kuda, mencarikan rumput, dan memberinya makan. Semua pekerjaan rumah tangga saya kerjakan sendiri. Di antara semua pekerjaan, yang sangat sulit bagi saya adalah memberi makan kuda. Saya kurang pandai membuat roti, biasanya saya hanya mencampurkan gandum dengan air, lalu saya serahkan ke tetangga saya, seorang wanita Anshar, untuk memasakkannya. la adalah seorang wanita yang sangat ikhlas, dan ia juga yang memasakkan roti untuk saya.

Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, Zubair ra. telah diberi oleh beliau saw. sebidang tanah yang jauhnya kurang lebih mil dari Madinah. Dari sana saya selalu membawa hasil kurma yang dibawa di atas kepala saya. Suatu hari , ketika saya sedang berjalan dari kebun itu sambil membawa kurma di atas kepala, tiba-tiba di tengah jalan, saya berjumpa dengan Rasulullah saw. dan beberapa sahabat Anshar yang sedang menunggang unta. Melihat saya, Rasulullah saw. menghentikan untanya dam mengisyaratkan agar saya naik ke atas unta beliau. Tetapi saga sangat malu dengan laki-laki, dan saya sangat khawatir terha suami saya Zubair ra. yang sangat pencemburu, saya khawa'ia akan marah. Rasulullah saw. memahami perasaan malu sehingga beliau kembali berjalan.

Saya segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya menceritakan kejadian tersebut kepada suami saya bahwa saya sangat malu dan juga mengkhawatirkan kecemburuannya yang mungkin menyebabkan kemarahannya. Zubair ra. berkata, "Demi Allah, saya lebih cemburu kepadamu yang senantiasa membawa isi-isi kurma di atas kepalamu, sedangkan saya tidak dapat membantumu." (Sebenarnya hal itu dilakukan karena terpaksa. Ketika para suami sibuk berjihad dan melakukan urusan agama lainnya , maka pekerjaan rumah tangga terpaksa dilakukan oleh istri - istri mereka). Setelah itu, ayah saya, Abu Bakar ra., memberi saya seorang hamba sahaya yang telah dihadiahkan oleh Rasulullah saw.. Dengan demikian, urusan kuda sava serahkan kepadanya dan SeoIah-olah saya terbebas Bari penjara. (Bukhari - Fathul Bari)

1 komentar: