Sore itu langit cerah. Masih terasa teriknya mentari seharian menyengat seisi jagad.
Bersamaan hiruk pikuk para karyawan pulang dari kerja. Begitu juga Dani sudah mulai berkemas hendak segera pulang dengan membawa seluruh sisa tenaganya. Seperti biasa sang istri menjemputnya sepulang dari ngantor.
“Istriku apakah kemarin si bos telpon atau sms ke ponsel mu?” Tanya Dani penuh selidik pada istrinya.
“Enggak tuh emang ada apa yah?
“Ini tadi kok aku dapat teguran, katanya kalau diperintah itu segeralah melaksanakannya”
“Gimana ceritanya, koq tiba-tiba Ayah dapat teguran?”
Memang beberapa hari yang lalu di utus si bos mengambil barang di distributor, saat itu pun dalam posisi masih waktu ngantor apalagi sedang ribet banyak kerjaan yang harus di selesaikan. Telepon genggamnya berdering.
“Dani kamu ambil barang di tempat distributor ya, bilang aja kalo mengambil pesenan ibu”
“Baik Bu”
Sore itu karena sikon tidak memungkinkan untuk keluar maka dia ijin langsung ke manajer.
“Bu Sari ini tadi bu direktur menyuruhku untuk ke distributor supaya mengambil barang, tapi pekerjaan seabrek tidak bisa aku tinggalkan sekarang juga. Bagaimana kalau tak ambil besok saja tidak keburu dipakai to barangnya”
“Tidak mas, ya diambil besok juga gak papa”.
Karena sudah memperoleh ijin dari atasannya bu manajer yang lembut maka Dani kemudian melanjutkan pekerjaanya.
Selang sehari kemudian, karena tugas mulai agak longgar sore itu juga Dani meluncur mengambil barang pesanan si bos direktur. Barang diserahkan ke manajer dan sebagiannya di antar langsung ke kediaman bu direktur, kebetulan beliau tidak dirumah jadi Cuma di titipkan yang ada dirumah saja.
Hari berikutnya tiba-tibadirektur menegur Dani tetapi melalui manajer katanya barang yang diambil kok tidak sesuai pesanan dan yang untuk pelanggan malah tidak diambil padahal itu sangat penting dan akan segera dipakai, kalau diperintah atasan seharusnya segera melaksanakan.
Ketika Dani di croscek oleh manajer betapa kagetnya padahal dia sudah ambil semua barang sesuai pesanan dan barang yang disebutkan kurang itu tidak termasuk daftar pesanan si bos.
Kemudian inbox hand phone nya di cek apakah ada dalam smsnya, ternyata tidak ada jugaterbesit dalam benaknya mungkin si bos mis komunikasi atau mungkin menghubungi hp istrinya.
“Begitulah Bunda kenapa aku bertanya seperti itu”.
“Berarti kemungkinan besar mis komunikasi, bos ayah merasa sudah menyebutkan semua daftar barang yang harus diambil padahal kenyataannya memang hanya itu saja pesanannya. Yang kedua ayah di vonis tidak segera melaksanakan perintah dari atasan, padahal saat itu juga sudah ijin ke manajer, karena keadaan sedangkan manajer sudah acc juga. Tapi koq manajer Ayah tidak menjelaskan hal ijin itu cenderungnya tidak memihak Ayah atau karena takut di semprot si bos juga kali ya?”
“Ayah juga sudah berusaha menjelaskan ke manajer tapi kayaknya si bos gak mau tahu, pokoknya semua kesalahan seolah berpusat padaku”.
Tidak ada klarifikasi dari bos sedangkan Dani enggan untuk klarifikasi karena usaha itu pun akan sia-sia, tentu saja si bos merasa benar dan anak buah lah yang salah dan memang selalu begitu entah memang kodratnya atau tergantung dari perangai atasan.
Awal bulan datang senyum mengembang dari wajah-wajah karyawan, tapi tidak demikian dengan Dani.
“Koq gajiku berkurang ya Bunda, jumlahnya tidak sesuai pada struk, padahal duit itu jatah beli susu untuk si kecil, apa bendahara keliru memasukkan jumlah uangnya atau memang sengaja di potong tapi tidak ada keterangan sama sekali, heran aku” Keluh Dani kepada istrinya.
“Tanyakan aja lansung ke bendahara atau manajer Ayah”
Hari ini Dani dapat shif sore, manajernya langsung menemuinya.
“Mas bingung ya kenapa gaji bulan ini dipotong?”
“Terus terang bingung bu, sebenarnya ada apa sampai hak saya dipotong?”
“Itu kebijakan dari atasan, sebagai teguran karena kemaren mas Dani melakukan kesalahan jadi gaji di potong”.
“MasyaAlloh jatah beli susu buat anakku tidak ada bulan ini”
Lirih suara Dani sedih.
Sampai di rumah diceritakan pada sang istri, semua kekecewaannya ketidakterimannya atas perlakuan atasannya diungkapkan dengan membara.
Bagaimana tidak, dia bekerja mati-matian siang malam demi mencukupi keluarganya, demi membelikan susu untuk buah hatinya. Jika manajer apalagi direktur yang memberi perintah apapun dan kapanpun maka dia selalu melaksanakannya tidak pandang waktu, privasinya dia korbankan. Waktu liburnya pun sering di ganggu atasan dia juga rela, tapi semua pengorbanan dan loyalitasnya tiada artinya karena tertutup satu kesalahan menurut si bos, sedangkan tertuduh alias Dani tidak merasa bersalah sama sekali, sang istri pun menghiburnya.
“Sudahlah yah kalau kita tidak punya power untuk membela diri ya kita terima semua ketidak adilan ini dengan lapang, mungkin gaji yang disunat itu memang bukan rizki kita dan semoga Alloh mengganti rizki untuk anak kita di suatu waktu”
“Benar Bunda tapi aku tetap tidak terima sampai kapan pun”.
“Alloh itu Maha Kaya, Maha Murah juga Maha Tahu atas semua kejadian ini, biasanya do’a orang-orang yang terzholimi itu dikabulkan loh, Yah”
“Ya, Amin“
Cerita ini masih bersambung…………tunggu episode selanjutnya ya……….
Ini kisah nyata berdasarkan pengalaman pribadi ya Bu? terharu.com
BalasHapusmengekpresikan tulisan pak sdh ad ryhnya blm? heheh..
BalasHapus