Betapa islam memuliakaan wanita
Keadaan wanita pada masa silam sebelum cahaya islam datang di mata bangsa-bangsa jaman dulu wanita ditempatkan pada posisi rendah dan hina, keberadaan wanita hanya sebagai pemuas nafsu syahwat laki-laki, wanita adalah sumber kemaksiatan asal-usul kejahatan dan dosa. Apalagi tanpa di beri hak kebendaan dan warisan sedikit pun, bahkan dalam struktur masyarakat india wanita tidak mempunyai hak hidup setelah kematian suaminya. Setiap wanita harus dikubur hidup-hidup bersama mayat suaminya di atas kobaran api yang sama. (Hadhoorootul Hindi, karya Gustaff Lobon hlm. 644 – 646). Sedangkan pada masa Arab jahiliyah wanita dianggap sebagai komoditas yang bisa diperjualbelikan dan tidak mempunyai hak sedikit pun untuk menolak perlakuan hidup yang sangat rendah.
Ketika seorang laki-laki Arab jahiliyah diberi kabar bahwa istrinya melahirkan anak perempuan maka seketika itu juga merah padamlah mukanya menahan marah, sedih, dan malu. Tiada pilihan baginya kecuali memeliharanya tetapi dengan menanggung kehinaan atau menguburkannya hidup-hidup. Tradisi sadis penguburan bayi perempuan hidup-hidup ini mempunyai alasan dan motivasi yang berbeda-beda, ada yang melakukannya lantaran ingin menjaga kehormatan dan takut jika tertimpa aib. Karena mereka kaum yang gemar berperang dan memungkinkan nantinya anak perempuan mereka menjadi tawanan musuh, jika sampai terjadi ayahnya telah tertimpa aib yang sangat memalukan. Sedangkan dari kabilah lain melakukan tadisi itu hanya karena anaknya cacat, pincang, lumpuh berkulit hitam atau sebab yang lain.
Ketika cahaya islam datang maka derajat wanita terangkat. Islam telah menjaga dan menempatkan mereka pada posisi yang tinggi, islam mengakui hak-hak asasi dan hak kekeluargaan serta menjaga mereka dari perlakuan sekedar objek syahwat. Wanita di beri hak waris sesuai dengan aturan yang tertera dalam Al-Qur’an. Wanita di muliakan Allah, bahwa surga ada dibawah telapak kaki Ibu, sehingga Allah SWT juga menghadiahkan kesyahidan bagi wanita yang meninggal ketika melahirkan.
Dikisahkan pula percakapan antara Rasulullah dengan sahabat, “Ya Rasulullah siapakah di dunia ini yang harus kita hormati?” dan Rasulullah pun menjawab “Ibumu”. Kemudian sahabat itu bertanya sampai tiga kali maka jawabannya masih “Ibumu” baru yang keempat “Ayahmu”. Begitu besarnya arti seorang ibu, selama sembilan bulan menggendong si calon bayi, dengan kepayahannya, seribu sakit jadi satu ketika melahirkan ibu yang merasakan, betapa repotnya merawat si bayi apalagi bagi ibu yang juga bekerja di luar rumah, siang bekerja malam masih begadang menunggui si anak. Dari situ juga terjalin ikatan batin kasih sayang antara seorang ibu dan anak.
Bagaimanakah dengan peran serta wanita dalam berbagai bidang kehidupan. Islam memandang mereka sebagai unsur penting dalam kebangkitan, ketahanan, serta dinilai memiliki andil besar dalam pembentukan tokoh-tokoh yang bisa menggetarkan musuh. Ibu sebagai madrasah membentuk anak yang sholeh sholehah sukses di dunia maupun akhirat. Ia juga dapat membentuk pribadi yang kuat, baik dan tangguh. Sejak Rosulullah sudah di contohkan istri beliau Khadijah seorang saudagar wanita kaya raya, Aisyah dengan kecerdasannya menjadi guru para ulama pada jaman dahulu, As-Syifa putrid Abdullah seorang dokter, Ummu umarah seorang prajurit mukminah , Asy-Syifa’ binti Al’Adawiyah yang berprofesi sebagai pejabat negara di masa khalifah Umar bin Khatab.
Islam tidak melarang wanita untuk berkiprah dalam kehidupan, karena wanita pun dibekali Allah potensi yang dapat dikembangkan untuk ke-maslahatan umat manusia, asalkan apa yang dilakukan sesuai dengan syariat dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah.
Dan sampai sekarang pun banyak peran serta wanita dalam semua bidang. Di masa sekarang adanya tokoh beserta pahlawan wanita dari Indonesia yang juga memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan yaitu R.A. Kartini. Tapi jangan sampai karena alasan emansipasi wanita kemudian para wanita melanggar syariat dan norma-norma agama, tidak mematuhi suami dan melanggar kodratnya sebagai wanita.
Wanita diibaratkan sebagai senjata bermata dua. Apabila mereka baik dan menunaikan fungsi dasarnya sesuai dengan garis besar yang sudah ditetapkan kepadanya niscaya akan terbangun masyarakat islam yang teguh memegang agamanya dan berakhlak mulia. Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada kaum wanita, islam telah menjaga wanita dengan mendidik dan memberikan perlindungan kepada mereka serta memberikan hak-hak mereka sesuai dengan fitrah dan kodratnya. Begitu sebaliknya apabila wanita menyimpang dari fungsi dasar yang telah digariskan Islam kepadanya, berjalan pada jalur kesesatan, dan jauh dari rambu-rambu kebaikan saat itulah wanita menjadi senjata yang dapat merusak dan menghancurkan suatu masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar